Sebagai pencinta buku, kita punya kebiasaannya sendiri-sendiri. Ada yang baca di siang hari, ada yang malam. Di kamar sendiri, atau di taman luas. Sebagian "tertular" dari ibu, sebagian lainnya dari guru. Beli buku baru, buku bekas, atau pinjam, tak masalah! Kita, para pencinta buku, selalu menemukan cara untuk membaca dan merayakan hidup.
Ini adalah sebelas kisah pembaca dari 930 cerita yang didengar Harian Kompas.
Annisa Nurliani, ibu rumah tanggaGen Y, Jawa Barat
Read More
Hal pertama yang membuatku senang membaca buku adalah mengisi waktu luangku sebagai ibu rumah tangga. Juga untuk melepas stres sambil menambah ilmu, terutama sebagai seorang ibu supaya anak-anakku bisa belajar banyak dariku. Saat membaca buku, aku bisa melihat dunia lebih luas, lebih detail, dan lebih dalam. Aku juga bisa berimajinasi sesuai keinginanku melalui cerita yg kubaca. Aku juga bisa melekatkan hubungan dengan anak melalui membaca buku bersama. Banyak hal menyenagkan yg bisa kurasakan dan kudapat dengan membaca buku.
Choirunnisa, ibu rumah tanggaGen Y, Banten
Read More
Dari kecil suka baca buku dan senang belajar. Zaman SD ke mana-mana selalu baca buku. Bahkan ke WC pun bisa baca buku. Pernah lagi baca buku di teras rumah, teman datang ajak nonton bola karena saat itu lagi ada turnamen bola antar-RT. Akhirnya ikut nonton bola sambil bawa buku. Waktu sampai di lapangan bola pun malah baca buku sambil nonton pertandingan. Jadi sampai sudah besar, yang diingat kalau ke mana-mana adalah selalu bawa buku.
Yaomi Mayya, pedagangGen Y, Jawa Barat
Read More
Baca buku sambil dagang waktu menunggu pelanggan, tuh, enaknya luar biasa sampai kadang lupa kalau lagi berdagang. Jadinya juga, terpaku main hp terus. Hemat pulsa juga dan buku kan abadi. Saya pun pencinta buku sejak kecil. Kalau baca waktu zaman masih kecil di perpustakaan, bisa dari pagi sampai sore saking sukanya membaca buku. Alhamdulillah, anak saya sekarang juga suka baca buku. Bahkan lebih suka baca ketimbang main gadget.
Previous
Next
Siti Rodiah Rahmawati, guruGen Z, Jakarta
Read More
Saya gemar membaca sejak kecil. Saya selalu mengumpulkan uang jajan untuk membeli satu atau dua buku setiap minggunya. Saya ingat sekali betapa bahagianya rasanya saat saya membaca buku yang membuka wawasan baru. Saya sangat suka dengan momen itu. Dan saya sadar ketika saya membaca rasanya seperti ada di dunia lain, dunia imajinasi.
Saat dewasa, buku tetap menjadi sumber hiburan yang menenangkan di tengah lelahnya bekerja atau masalah pribadi. Saya sangat menikmati membaca buku di taman, duduk atau tidur di atas rumput, dan tentunya sambil berimajinasi. Momen ini memberi saya kesempatan untuk sejenak beristirahat dari realitas dan memasuki dunia baru yang mengajarkan banyak hal.
Buku membuat saya tumbuh dan berkembang setiap hari menjadi pribadi yang lebih baik. Saya akan terus mencintai buku hingga akhir hayat saya.
Suhrato Seti, ilustratorGen Y, Jawa Tengah
Read More
Terbiasa dibacakan cerita oleh ibu saya sejak kecil membuat saya terpikat dengan keasyikan menyimak suatu cerita. Dari sana tumbuh keinginan untuk membaca. Dari sekadar baca komik waktu kecil, sampai bacaan berat seperti novel terjemahan ketika beranjak dewasa. Menyelesaikan suatu cerita atau buku layaknya menerawang apa yang seorang pengarang imajinasikan, kemudian kita persepsikan kembali dalam imajinasi kita sendiri. Terlebih sebagai seorang ilustrator, saya sering menjadikan buku sebagi referensi untuk membangkitkan imajinasi.
Previous
Next
Anggi Afriansyah, penelitiGen Y, Jawa Barat
Read More
Membaca buku itu sangat mengasyikkan. Sejak kecil Ibu dan Bapak, yang berprofesi guru, selalu berupaya agar saya bisa membaca buku. Meski gaji mereka tidak seberapa, Ibu dan Bapak berupaya keras agar saya dapat membaca buku atau berlangganan majalah Bobo. Salah satu momen mengasyikan, ketika saya diajak mereka untuk ke toko buku dan memilih buku yang disukai.
Buat saya, momen membaca adalah momen refleksi diri. Hanya ada diri dan buku. Buku yang dibaca membawa diri ini bertualang ke berbagai tempat. Menyelami ragam karakter. Belajar tentang banyak hal dari buku, apapun genre bukunya. Jika ingin belajar tentang hidup yang kompleks, buku menyediakannya. Tinggal pilih penulis-penulis yang handal, maka kita akan belajar tentang kehidupan secara langsung tanpa harus mengalaminya.
Buku memberi peluang bagi kita belajar terus menerus tanpa henti, mencoba mereguk ragam kearifan yang ditampilkan dalam teks-teks panjang. Membaca buku menjadi laku sunyi yang menantang di tengah hingar bingar kehidupan kiwari yang semakin berisik. Pada momen itulah membaca buku menjadi sangat mengasyikkan. Buku membawa saya berselancar melakukan rekreasi pikiran, menyegarkan ulang imajinasi, harapan, dan impian. Memanggil rasa kemanusiaan. Buku membawa rasa bahagia.
Y Indra Istiqoma, freelanceGen Y, Jawa Timur
Read More
Hobi membaca buku dimulai semenjak saya bisa membaca. Dari bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, saya selalu ke perpustakaan ketika jam istirahat untuk membaca buku, koran, hingga ensiklopedia. Karena meminjam buku dibatasi maksimal dua buku selama seminggu, saya harus menghabiskan buku-buku yang saya pinjam dalam waktu singkat itu. Begitu selesai, saya kembalikan dan langsung pinjam lagi. Begitu seterusnya hingga saya terpilih menjadi peminjam terbanyak selama setahun di sekolah.
Ketika upacara ajaran baru, nama saya dipanggil ke depan untuk menerima hadiah berupa dua buku baru, saya mendapat tepuk tangan dari kawan-kawan dan para guru. Bahagia sekali rasanya. Ketika sekolah dasar saya ingat pernah jalan kaki menuju penyewaan buku dan komik. Lumayan jauh, tapi karena saya suka membaca buku dan komik jadi tak apa. Kini saya bisa membeli buku dari hasil jerih payah, rasanya bahagia bisa menyisihkan uang untuk membeli buku. Membayar untuk ilmu sekaligus menghargai karya sang penulis. Semoga penulis, pembaca, penerbit, toko buku bisa selalu mencintai buku dan dunia baca tulis.
Previous
Next
Hubertus Sileteng, mahasiswaGen Z, Banten
Read More
Membaca buku adalah aktivitas yang sangat saya sukai. Buku bacaan favorit saya adalah novel, kumpulan Cerpen Kompas, kumpulan puisi, buku pengembangan diri, biografi, dan filsafat. Asyiknya baca buku menurut saya adalah ketika saya bisa memasuki imajinasi dan dunia melalui pengamatan penulis buku. Saya dapat ikut merasakan emosi dan konflik yang dirasakan oleh penulis melalui karyanya. Saya belajar bagaimana mereka melihat masalah dan kemudian belajar bagaimana cara mengatasi masalah yang ada. Saya memperoleh akses terhadap dunia dan pemikiran yang kompleks hanya dengan membaca buku. Menjelajahi dunia yang luas dari kamar saya yang sempit. Betapa asyiknya!
Bagi saya, waktu terbaik membaca buku itu pada siang atau sore hari. Pada waktu-waktu itu biasanya saya mempunyai banyak waktu senggang. Waktu saya pada pagi dan malam hari lebih sering dimanfaatkan untuk membersihkan kos, memasak, dan mengerjakan skripsi. Dalam satu bulan, saya bisa menghabiskan dua hingga tiga buku. Biasanya, saya baca hingga dua buku secara bergantian. Artinya, tidak hanya berfokus pada satu buku. Kalau bosan baca buku yang satu, saya pindah membaca buku yang lainnya.
Membaca buku mungkin menjadi kebiasaan yang sangat saya banggakan dalam hidup saya. Saya memperoleh banyak manfaat dari membaca buku. Membaca buku membantu saya dalam berkomunikasi, mengekspresikan ide atau perasaan saya, mengelola emosi, memahami emosi orang lain, dan membantu saya menjadi lebih dewasa.
Saya ingin sekali lagi membaca buku biografi dari Pak Andy Flores Noya yang diterbitkan oleh Penerbit Kompas. Semoga saja cerita saya ini terpilih sehingga saya bisa segera membeli buku itu. Amin.
Diah Kartika, ASNGen X, Jawa Tengah
Read More
Dari kecil saya sudah hobi membaca. Sayangnya, orang tua saya tidak mampu membelikan buku, sehingga hanya bisa membaca di perpustakaan sekolah atau menunggu orang tua punya sedikit rezeki untuk bisa belikan majalah bobo bekas di pasar loak.
Setiap menjelang Lebaran saat mau dibelikan baju baru, saya selalu menolak dan lebih memilih untuk dibelikan buku. Saat kakak saya bekerja dan mendapat gaji pertama, saya diberi uang untuk keperluan sekolah, dan tebak apa yang saya beli? Betul, saya membeli buku trio detektif seharga Rp3.500 tahun 1992. Kebiasaan membaca ini saya tularkan pada adik, keponakan, dan anak anak saya, terutama membaca komik seperti Detektif Conan. Kalian tahu? Saya sudah membaca Conan sejak SMP sampai kini anak saya sudah mau kuliah, dari mulai meminjam di taman bacaan, membeli komik bekas di pasar loak, dan akhirnya bisa membeli komik Conan terbitan baru di Gramedia. Hingga kini pun, kami masih setia membaca Conan. Selalu tidak sabar menunggu seri terbarunya untuk terbit dan penasaran siapa sosok sesungguhnya sang ketua berjubah hitam.
Hal yang paling membahagiakan buat saya ketika saya bisa menularkan hobi membaca ini kepada orang-orang terdekat. Anak-anak saya sejak bayi sudah saya biasakan membaca buku. Setiap malam menjelang tidur, selalu saya bacakan cerita. Walau dia belum mengerti dan malah menyobek bukunya, tapi itu bukan alasan untuk berhenti membacakan buku. Kebiasaan membacakan buku ini ternyata berdampak pada kemampuan verbal anak-anak saya dibanding teman-teman sebayanya. Beruntung, anak-anak saya masih membiasakan diri membaca buku hingga kini karena sudah terbiasa sejak bayi. Satu mimpi dan harapan saya adalah agar anak-anak Indonesia kembali hobi membaca buku. Satu mimpi sederhana namun saya tau untuk mewujudkannya tidak sesederhana itu. Butuh dukungan dari semua pihak, terutama membangun kebiasaan yang di mulai dari dalam rumah. Kalian sudah membaca buku apa hari ini?
Previous
Next
Ghidion Rajagukguk, guruGen Y, Sumatera Utara
Read More
Dulu saya adalah anak yang sulit membaca. Tapi ibu saya tidak habis akal. Dia membacakan sebuah cerita yang sangat menarik, tapi tidak sampai habis. Saya akhirnya berjuang membaca demi bisa membaca cerita itu. Sangat menyenangkan saat rasa penasaran saya terbayar dan sejak saat itu sampai hari ini saya adalah kutu buku.
Bagi saya membaca buku fisik tidak akan bisa tergantikan oleh buku digital, karena ketika membaca buku fisik saya bisa mencium aroma kertasnya, bisa merasakan tekstur kertasnya ketika membalik halamannya, menggaris bawahi bahkan menuliskan komentar di kertasnya. Bahkan terutama ketika itu terjadi di malam yang hening di depan lampu belajar, ketika suara kertas bergesekan dengan halaman lain membuat suasana menjadi sangat tenang.
Saat ini, saya adalah seorang guru. Saya sudah merasakan bahwa membaca buku tidak hanya menambahkan informasi ke kepala saya tapi juga membentuk isi kepala saya. Bagaimana saya berpikir, bagaimana saya berbicara, dan bagaimana saya bertindak. Bahkan ketika saya kesulitan memahami perilaku anak-anak, saya mencari jawabannya lewat membaca buku.
Karena itu juga, saya sering menceritakan buku-buku yang luar biasa kepada anak-anak di kelas. Sebagian besar mereka memang tidak terlalu terpengaruh, tapi pasti ada beberapa yang akhirnya membaca buku itu. Beberapa dari mereka itu pula jadi akhirnya menjadi kutu buku. Bukankah menyenangkan punya teman berdiskusi buku? Setiap bertemu kembali dengan anak didikku yang sedang menjalani atau sudah selesai kuliah, mereka tahu apa yang akan aku tanyakan,"lagi baca buku apa sekarang?".
Novrizal Reza, wiraswastaGen Y, DKI Jakarta
Read More
Aku senang membaca dari kecil. Namun waktu belum berpenghasilan alhasil menunda banyak bacaan. Pas bekerja dan punya penghasilan, aku jadi sering main ke toko buku. Bahkan waktu itu saat momen Idulfitri, aku bukannya beli baju malah beli buku. Aku juga mengoleksi beberapa banyak buku dari penulis Indonesia.
Dulu aku senang membaca buku sejarah, biografi, dan puisi. Tapi sekarang tidak cuma itu saja. Novel, biografi, filsafat, sampai komik, semua ada di rak buku. Bahkan buku buku sains dan tokoh dunia juga ada. Kesempatan emas waktu itu juga pernah membantu seorang penulis kenamaan Indonesia, Khrisna Pabichara. Waktu itu aku lagi keranjingan membaca karya beliau. Sampai suatu saat salah satu buku puisi beliau susah untuk saya beli. Saya pun memberanikan diri untuk mengirim pesan via Instagram. Lalu tak berapa lama, Khrisna Pabichara membalas. Singkat cerita, dari DM Instagram saya jadi akrab dengan beliau. Sampai waktu itu beliau mau menerbitkan buku ikut bantu dan jadi inspirasi gegara aku curhat tentang hidup. Ah senang banget. Ada namaku di karya beliau.
Dari situ aku juga jadi kenal dengan penulis-penulis lain seperti Ratih Kumala, Tenni Purwanti, Leila S. Chudori, Eka Kurniawan dan teman-teman dari komunitas baca. Sekarang rak bukuku penuh dan tiap hari selalu punya banyak bacaan.
Previous
Next
Jadi terinspirasi untuk baca buku? Yuk, cek koleksi buku dari Penerbit Buku Kompas